TM ke 11 KBMN 28
TM KE 11 KBMN 28
Masih Perlukah Majalah Sekolah ?
Rabu, 1 Januari 2023
By: Musiroh Muki
Sejak para guru dan siswa di "wajib" kan mengenal dan menguasai gadget, fenomena baru mulai melanda semua civitas sekolah. Tak ada hari bahkan detik tanpa gadget ditangannya. Mereka selalu bergumul dan berbicara dengan gadget dibanding dengan orang-orang sekitarnya. Bahkan sebuah pemandangan yang memprihatinkan sering kita jumpai disekitar kita. Misal, disebuah ruang tamu, dimana satu keluarga berkumpul, kondisi yang tersuguh di mata kita, seperti sebuah proses migrasi. Ayah dan ibu, sibuk sendiri, anak-anak memilih asyik sendiri dari pada bergabung dengan yang lain. Mereka seperti tak saling membutuhkan. Mereka sibuk dengan urusan dan dunianya. Kadang toleransi antar sesama, nyaris sirna gegara asyik dengan gadget masing - masing.
Begitupun pemandangan yang sering kita jumpai di sekolah kita, saat materi pelajaran harus menggunakan gadget, mereka "lupa " akan keberadaan orang-orang di sekitarnya. Keseriusan mencari alamat sebuah judul tugas, membuat mereka "kadang" beraktivitas tanpa hati, adakah ini yang disebut era dekadensi sosial ?
Tentu jawabannya tergantung bagaimana kita menyikapi kondisi ini.
Jika gadget "dianggap" sebagai satu-satunya pengganti segalanya, maka dekadensi sosial, pasti terjadi. Tetapi jika gadget di jadikan sebagai sebuah sarana untuk menambah khasanah keilmuan, budaya dan sosial, maka gadget akan menjadi teman yang bisa menjadi jembatan penghubung antara satu dengan yang lainnya. Baik dari sisi tali silaturahmi, maupun dari sisi pemenuhan kebutuhan hidup.
Lalu apa hubungannya dengan judul diatas ?
Berbeda dengan gadget yang serba canggih dan serba lengkap, majalah sekolah yang nota bene adalah tulisan dan hasil karya para guru dan siswa, ia merupakan sarana penghubung yang tidak hanya sekedar menghubungkan antara pembaca dan penulis. Antara semua civitas yang ada di dalam nya. Melainkan dapat menjadi jembatan
tali silaturahmi, dan sumber informasi yang lebih mudah sampai kepada objek. Selain itu, majalah sekolah dapat menjadi wadah belajar meng aktualisasikan kreativitas para guru dan siswa.
Cobalah perhatikan gambar berikut ini :Torehan gambar yang disajikan oleh para siswa mi Khadijah ini, adalah salah satu contoh betapa majalah sekolah yang terpampang di dinding, adalah alat komunikasi mereka untuk meng aktualisasikan diri kepada semua orang yang ada di sekolah itu. Mereka mencoba untuk menyajikan sebuah pemikiran yang ada dalam benak nya, walau dengan bahasa gambar yang sangat sederhana.
Seiring dengan berlalunya waktu, perbaikan menuju arah kesempurnaan pun dilakukan, ini mungkin, adanya pengaruh gadget yang bisa menembus batas pandang dan angan-angan.
Dari bentuk dan pola yang disajikan oleh siswa-siswi mi Khadijah ini, bisa kita simpulkan bahwa, perlu adanya "perkawinan kreativitas" antara tekhnologi dan hasil karya original, agar tampilan wajah majalah sekolah lebih menarik dan lebih marketable. Tentu, hal ini tidak lepas dari peran guru pembimbing di dalam penyajian, pemilihan teknis dan berita aktual yang berbobot ala mereka.
Kembali kepada pertanyaan "Masih Perlukah Majalah Sekolah ?" Jawabannya, Ya. Majalah sekolah seperti " ruh " yang memiliki harga mahal buat guru dan siswa. Dengan majalah sekolah, semua gagasan dan ide-ide cemerlang, akan bisa sampai kepada mereka yang amat membutuhkan.
Dengan majalah sekolah, semua guru (jika boleh dibilang begitu) akan berlomba menjadi Nara sumber informasi yang dibutuhkan oleh para siswa. Sebaliknya, majalah sekolah, bisa menjadi media utama dan pertama siswa dalam mengasah keterampilan mereka.
Sambi Bulu, 2 Pebruari 2023
21.36 WIB.
Keren Bu, semangat ya bu
BalasHapusMasya Allah..bagus bun resumenya👍🏻
BalasHapus