TM ke 9 KBMN 28
TM 9 KBMN 28
JUM’AT, 27 JANUARI
2023
MENULIS ITU MUDAH
Sebuah Catatan Pinggir
By ; Musiroh Muki
Nama |
: |
Prof. Dr. Ngainun Naim,
M.H.I. |
Tempat Tanggal Lahir |
: |
Tulungagung, 19 Juli 1975 |
Alamat Kantor |
: |
IAIN Tulungagung, Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung
66221. |
Alamat Rumah |
: |
Parakan RT 11 RW 04 Trenggalek |
Pangkat/Jabatan/Golongan |
: |
Pembina Tk. 1/Guru Besar/(IV/b) |
No Telp. |
|
|
Kantor |
: |
0355-321513 |
HP |
: |
081311124546 |
NPWP |
: |
49.655.706.7-629.000 |
: |
|
|
e-mail |
|
|
Riwayat Pendidikan Formal |
|
§ SDN Sambidoplang Sumbergempol Tulungagung, lulus tahun 1988 § MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung, lulus tahun 1991 § MAN Denanyar Jombang, lulus tahun 1994 § S-1 STAIN Tulungagung, lulus 1998 § S-2 Studi Islam Universitas Islam
Malang (UNISMA), lulus tahun 2002. § S3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2011. |
Karya Tulis Buku |
|
1. Menulis Itu Mudah (2021) 2. Islam Radikal dan Deradikalisasi (2020). 3. Aktualisasi Pemikiran Islam Multikultural (Akademia Pustaka, 2020). 4. Literasi dari Brunei Darussalam (Akademia Pustaka, 2020). 5. Spirit Literasi (Akademia Pustaka, 2019). 6. Teraju (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017). 7. Proses Kreatif Penulisan Akademik (Akademika Pustaka, 2017). 8. Merawat Nusantara (Malang: Genius Media, 2017). 9. Menipu Setan, Kita Waras di Zaman Edan (Jakarta: Quanta, 2015). 10. The Power of Reading (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013). 11. Character Building (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). 12. Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, Cet. IV (Yogyakarta:
Arruzz-Media, 2008). 13. Islam dan Pluralisme Agama (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014). 14. Self Development: Personal, Sosial, dan Spiritual (Tulungagung: IAIN
Tulungagung Press, 2015). 15. 35 Kompasianer Merajut Indonesia (buku
bersama) (Jakarta: Kompas, 2013). 16. Merajut Kerukunan Antarumat Beragama (Tulungagung: IAIN Tulungagung
Press, 2012). 17. Pengantar Studi Islam (Yogyakarta: Gre Publishing, 2011). 18. Sejarah Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: Teras, 2009). 19. “Resiko Menawarkan Pemikiran
Liberal”, dalam Ulil Abshar-Abdalla, dkk, Islam Liberal dan Fundamental:
Sebuah Pertarungan Wacana (Yogyakarta: eLSaQ, 2003). 20. Teologi Kerukunan, Mencari Titik Temu dalam Keragaman (Yogyakarta: Teras,
2011). 21. “Krisis dalam Dunia Pendidikan,
Dimensi Kemanusiaan, dan Pengembangan Nalar Spiritual”, dalam Akhyak (ed), Meniti
Jalan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). 22. Rekonstruksi Pendidikan Nasional, Membangun Paradigma yang Mencerahkan
(Yogyakarta: Teras, 2009). 23. Konservasi Lingkungan Berbasis Tradisi (Tulungagung: STAIN Tulungagung
Press, 2011). 24. Spirit Literasi (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2019). 25. Resolusi Menulis (SPN Grup, 2017). 26. The Power of Writing (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015). 27. Dan beberapa buku lainnya. Jumlah semua buku 47 judul |
Malam ini saya mendapatkan amanah itu menyampaikan materi WRITING IS
EASY.
Saya tidak akan menjelaskan bahwa menulis itu mudah atau sulit. Saya hanya ingin mengajak Bapak Ibu sekalian bisa menulis. Caranya satu: dengan menulis.
Pertanyaannya: apa yang mau ditulis? Saya punya satu tulisan sederhana. Tulisan beberapa tahun lalu.
https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html.
Menjawab rasa penasaran di hati, saya mencoba membuka alamat blog diatas, isinya ? Luar biasa... sebuah tulisan pendek dari diary beliau, tertuang dalam tulisan yang renyah dan tutur kata yang lugas.
Suatu Sore di
Bulan Ramadhan
Oleh Ngainun Naim
Hari ini
agendanya bersih-bersih rumah. Pagi sampai menjelang duhur berbagi tugas dengan
istri. Setelah itu istirahat.
Jam 15.30 kami
meluncur. Suasana jalanan sudah terlihat meningkat volumenya. Maklum, ini sudah
semakin dekat dengan lebaran. Salah satu agenda kami adalah mengunjungi Green
Park; taman kota yang sedang berbenah.
Pertama-tama
kami menuju sebuah rumah makan untuk membeli lauk mentah. Digoreng sendiri
lebih lezat. Sekalian buat sahur Anak Mbarep. Usai cari lauk menuju sebuah
counter game. Stick game rusak plus ngisi program baru.
Cukup lama di
tempat ini karena memilih mainan baru ternyata tidak selalu mudah. Waktu sudah
hampir jam 17.00 saat kami mulai meninggalkan counter game yang ada di Gedung
NU Trenggalek tersebut. Sebentar lagi magrib menjelang.
Tidak banyak
yang bisa kami lakukan selain bersegera pulang. Pergi ke Green Park kami
batalkan. Insyaallah lain waktu. Kami kemudian meluncur ke arah alun-alun. Luar
biasa, suasana begitu ramai.
Dari arah
selatan, di bawah tulisan 'Trenggalek', puluhan anak muda siap dengan aksi
selfi. Kami berhenti sebentar, ambil gambar mereka dari kejauhan. Setelah itu
kami memutari alun-alun.
Hiruk-pikuk
orang ngabuburit sungguh terasa. Di depan Pendopo, arus kendaraan tersendat.
Ada dua tenda yang menggelar pertunjukan. Kalau tidak salah dari SMAN 1
Trenggalek dari dari sebuah perusahaan rokok. Sebenarnya ingin mengambil
gambar, tetapi kondisi tidak memungkinkan.
Begitulah, kami
pun terseret arus keluar dari jebakan acara. Kami pun meluncur pulang. Magrib
sudah menjelang.
Ini catatan
soreku. Mana catatanmu?
Trenggalek, 25
Juni 2016
Menurutku ini tulisan sederhana, tidak butuh pemikiran berat. Sebuah tulisan yang menyimpan sejuta kenangan indah bagi sang penulis, tulisan ini hanya sebuah ungkapan, bagaimana sesungguhnya menjawab sebuah pertanyaan " sulitkah menulis" ? Dengan bahasa sederhana ala penulis pemula, prof mampu menyampaikan gagasannya dalam tulisan pendek itu.
Selanjutnya beliau menyampaikan beberapa hal penting tentang menulis.
saya ingin menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah, begitu pembuka kalimatnya.
(1) Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami. Jadi pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskan nya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan. Tidak usah bingung2 mencari ide yang lain ya Prof.? Bunda Lely nyeletuk.(2) jangan menulis sambil dibaca lalu diedit. Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Nulis itu ya nulis. Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Terus saja menulis. Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca dulu. Cari suasana psikologis yang berbeda. Istilahnya ENDAPKAN DULU. Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca. Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki.
Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, saya selalu membaca ulang tulisan saya. Bisa sekali atau dua kali. Prinsip saya sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Kenapa? Karena tulisan kita adalah jejak kita.
Menjadikan Literasi Sebagai Tradisi
Ini contoh tulisan saya yang saya edit beberapa kali. Begitu komentar pak Prof, untuk menunjukkan bahwa editing itu diperlukan.
Ada catatan penting yang harus kita semua pahami dari penuturan pak Prof tentang poin ke dua.
Problem utama literasi---khususnya membaca dan menulis---adalah menganggap sebagai aktivitas yang sulit. Banyak yang ingin membaca tetapi tidak mampu bertahan lama. Begitu juga dengan menulis. Jika pun melakukannya, tidak dilandasi oleh rasa cinta. Tentu tidak ada yang mampu dilakukan dengan sepenuh jiwa.
(3) menulis tentang perjalanan. Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. Kita semua sangat sering melakukan perjalanan. Saya sendiri baru sampai di rumah jam 18.20 setelah dari Jakarta tadi siang. Nah, apa-apa yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Jika Bapak Ibu rekreasi, tulis saja hal-hal yang Bapak Ibu alami. Itu mudah karena kita menjalaninya
Senin, 17
Februari 2020
Senja di Pantai Warna Oesapa
Ngainun
Naim
Ini merupakan perjalanan pertama saya ke Kupang. Karena itu saya berusaha memanfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin. Salah satunya adalah dengan mengunjungi tempat yang indah.
Pukul 16.30 hari
Kamis 13 Februari 2020 kawan dosen STAKN Kupang, Rinto Hasiholan Hutapea,
sampai di lobi Hotel Sahid T-More. Setelah berbincang sejenak kami sepakat
menuju Pantai Warna Oesapa. Kami pun pesan grab car.
Dari kiri ke kanan: Dr. Moh. Yasin, Dr. Zainul
Abbas, Dr. Mahrus El Mawa, saya, dan Dr. Nazar Naamy.
Rupanya jarak dari
hotel ke lokasi tidak terlalu jauh. Berlima--saya, Mas Rinto, Pak Mahrus, Pak
Yasin, dan Pak Abbas--naik Grab. Saya menikmati suasana kota di ujung timur
Indonesia tersebut.
Tidak sampai 15 menit
kami sampai di lokasi. Kupang merupakan sebuah kota pegunungan yang berhadapan
langsung dengan pantai. Pantainya cukup indah. Sayangnya belum dikelola secara
baik.
Berlima
kami menyusuri bibir pantai. Kami kemudian berlabuh ke sebuah kafe sederhana.
Namanya "Satu Kaki Coffe". Di kafe ini kami memesan pisang bakar dan
jagung bakar. Minumnya, tentu, kopi.
Sesaat kemudian kawan-kawan menyusul. Mereka adalah para Ketua LP2M berbagai PTKIN. Total 15 orang berkumpul. Maka senja itu kami isi dengan diskusi. Ternyata asyik sekali diskusi di senja yang temaram.
Gelap
mulai menyelimuti pantai. Hujan rintik mulai turun. Kami pun mengakhiri diskusi
dan kembali ke Hotel Sahid T-More tempat kami menginap. Tubuh sudah lelah dan
minta ditunaikan haknya.
Kupang--Trenggalek,
14-15 Februari 2020
Label: Catatan Harian
Ini contoh catatan saya ke Kupang sebelum pandemi.
Tiada detik tanpa menulis, luar biasa. Profesor termuda saat SK nya diterima. Banyak menelorkan tulisan berbobot. Betul kata pepatah: gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Nama yang baik, yang bisa membanggakan anak cucu. Bukan nama yg buruk yang akan membuat anak cucu kecewa dan malu karena jejak langkah yang keliru.
Dalam pertemuan ke 9 ini, saya mencatat 117 percakapan WA yg luar biasa, baik dari moderator, Nara sumber dan para peserta. Semoga KBMN 28 ini menjadi jembatan menuju kesuksesan bersama.
Sambi Bulu, 27 Januari 2023
00.25 wib
Musiroh Muki.
coba diperbaiki tulisannya supaya tdk berwarna merah backgroundnya, caranya di copas dulu ke word.
BalasHapus